Rokok elektrik atau vape memang menjadi pilihan bagi beberapa orang dengan alasan lebih aman dari rokok konvensional. Apakah anggapan itu benar? Apa dampak vape bagi kesehatan jantung?

Vape bekerja dengan cara memanaskan liquid atau cairan yang mengandung nikotin, gliserin, dan zat-zat perasa lainnya yang kemudian menghasilkan uap. Meski tidak menimbulkan asap, uap vape tetap membawa nikotin dan bahan kimian lainnya masuk ke dalam tubuh.

Nikotin adalah zat adiktif yang dapat mempercepat detak jantung dan meningkatkan rekanan darah, sehingga memunculkan risiko penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin tersebut dapat membuat arteri menjadi kaku dan gangguan pada fungsi lapisan pembuluh darah. Penggunaan vape dalam jangka panjang juga menyebabkan stres oktsidatif dan peradangan pada pembuluh darah. Hal-hal tersebut adalah faktor penyakit kardiovaskular.

Apapun bentuk konsumsinya, tidak ada nikotin yang aman. Serangan jantung tetap berisiko karena sistem saraf simpatik yang bisa menyebabkan gangguan irama jantung terstimulasi.

Dibandingkan rokok biasa, vape memang mengurangi kandungan tar dan karbon monoksida. Namun, bukan berarti bebas risiko dan bahkan banyak perokok yang sekaligus menjadi pengguna vape yang tentunya memperburuk dampak.

Klaim vape lebih aman dari rokok perlu dikaji lagi, lebih modern bukan berarti bebas risiko. Dalam kasus ini kandungan menjadi tolak ukur kesehatan dibandingkan alatnya. Vape tetap menyimpan risiko bagi kesehatan.

Ingatlah bahwa nikotin dalam bentuk apapun tetap membahayakan, vape bukan pilihan untuk berhenti merokok.

Sumber:

Kementerian Kesehatan RI. (2022). Nikotin dan Bahayanya Bagi Kesehatan Jantung.

P2PTM Kementerian Kesehatan RI. (2021). Vape dan Risiko Penyakit Jantung.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2020). Vape Bukan Solusi Aman untuk Berhenti Merokok.

Susilo, A. (2019). Kesehatan Jantung: Panduan Sehat Jantung dari Dokter Spesialis. Jakarta: EGC