Mendengkur mungkin dianggap hal yang biasa, bahkan sebagian masyarakat menilainya sebagai tidur yang berkualitas. Tapi pernahkan Anda berpikir bahwa suara napas yang keras akibat getaran pada saluran pernapasan saat tidur ada sebab-akibatnya?
Mendengkur tidak selalu merupakan ciri-ciri penyakit jantung, tapi dalam beberapa kasus bisa menjadi tanda gangguan yang berkaitan erat dengan risiko penyakit jantung, salah satunya adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA).
Menurut Buku Ajar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi (2017), OSA adalah gangguan tidur yang ditandai dengan henti napas sesaat secara berulang, dan mendengkur keras merupakan salah satu gejalanya. OSA menyebabkan penurunan kadar oksigen darah secara drastis, memicu stres oksidatif dan aktivasi sistem saraf simpatis, yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah dan memperberat kerja jantung.
Kapan Mendengkur Menjadi Tanda Bahaya?
Kemenkes RI mempertingati bahwa mendengkur dengan disertai gejala lain seperti terbangun tiba-tiba, bangun dengan tenggorokan atau mulut yang kering, napas berhenti saat tidur, atau kantuk ekstrem di siang hari, patut dicurigai sebagai OSA dan perlu pemeriksaan lanjutan.
Jurnal Respirasi Indonesia juga mencatat bahwa pasien dengan OSA memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan aritmia. Gangguan tidur kronis yang tak tertangani dapat mempercepat proses aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) serta meningkatkan inflamasi sistemik.
Jika ditandai dengan hal-hal tersebut segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter, pencegahan dini sangat penting agar tidak memperburuk atau memunculkan komplikasi yang lebih serius.
Sumber:
Keslan, Kemenkes RI. (2023). Waspada Bahaya Tidur Mendengkur.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2017). Buku Ajar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.
Jurnal Respirasi Indonesia, Vol. 38 No. 2. (2018). Hubungan Sleep Apnea dengan Penyakit Kardiovaskular.