Pada kalangan remaja dan pekerja, begadang sudah menjadi kebiasaan, baik itu terpaksa demi tugas atau hal yang kurang penting. Sayangnya, kebiasaan ini tidak hanya berdampak pada energi dan konsentrasi, tapi juga bisa memicu gangguan serius pada kesehatan jantung.

Studi menunjukkan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi, serangan jantung, hingga stroke. Karena tidur merupakan waktu penting bagi tubuh untuk memulihkan diri. Ketika seseorang kurang tidur, tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk memperbaiki sel-sel dan jaringan, termasuk sistem kardiovaskular.

Tubuh kita memiliki sistem saraf simpatis, yaitu sistem di mana tubuh menjadi dalam mode waspada, salah satu dampak utama dari begadang adalah meningkatnya aktivitas sistem tersebut. Jika terjadi secara terus-menerus, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memicu hipertensi dan gangguan irama jantung (aritmia).

Di samping itu, begadang akan merusak jam atau kebiasaan tidur sebelumnya yang menjadi gangguan tidur. Gangguan tidur tersebut dapat menyebabkan resistensi insulin, peningkatan kadar kolesterol, dan obesitas. Hal tersebut merupakan faktor-faktor utama penyebab penyakit jantung.

Ditambah lagi, kurang tidur juga memicu peradangan di dalam tubuh. Kadar protein C-reaktif (CRP), yang menjadi indikator peradangan dan risiko penyakit jantung, cenderung meningkat pada orang yang kurang tidur.

Selain membuat tubuh lebih segar, tidur dengan teratur juga menjaga jantung tetap sehat. Kementerian Kesehatan RI menegaskan pentingnya tidur cukup, yaitu antara 7 hingga 9 jam per malam bagi orang dewasa.

Sumber:

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Kurang Tidur Picu Hipertensi dan Obesitas.

Harvard Medical School. (2022). Sleep and Cardiovascular Disease.

European Heart Journal, AHA Statement. (2023). Sleep matters: Duration, Timing, Quality, and More May Affect Cardiovascular Disease Risk