Rendang, soto, ayam opor, dan lainnya. Siapa yang tak mengenal lezatnya masakan Indonesia? Banyak masakan khas daerah yang menggunakan santan, rasanya yang gurih dan memiliki tekstur kental membuat makanan menjadi lebih sedap. Di balik itu, santan sering dikaitkan dengan peningkatan kolesterol dan penyakit jantung. Apakah santan berbahaya?
Santan mengandung lemak jenuh, jika dikonsumsi dengan jumlah berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat). Santan segar yang dimasak dalam waktu lama dapat mengalami perubahan struktur lemak yang membuatnya menjadi lebih sulit dicerna tubuh.
Perhatikan poin-poin ini untuk menikmati hidangan Nusantara dengan cara yang lebih sehat:
- Perhatikan takarannya, gunakan santan secukupnya, cukup 100–150 ml per sajian keluarga.
- Gunakan santan pada akhir proses agar tidak telalu lama dimasak dan jangan dimasak berulang kali.
- Perbanyak asupan serat seperti sayur, tahu, atau tempe untuk menyeimbangkan asupan lemak.
- Gunakan susu atau santan rendah lemak yang sudah banyak tersedia di supermarket.
Santan tidak berbahaya apabila dimasak dan dikonsumsi dengan bijak karena mengandung asam laurat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin E yang baik untuk kesehatan kulit, dan bisa menjadi sumber energi.
Rasanya sayang apabila kita tidak bisa menikmati kekayaan Indonesia termasuk berbagai makanannya. Kuncinya adalah memerhatikan kandungan dan asupan agar jantung tidak menjadi korbannya.
Sumber:
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.
P2PTM Kemenkes RI. (2020). “Benarkah Santan Sebabkan Kolesterol Tinggi?”
Anna Marliyati, S. (2021). Gizi untuk Hidup Sehat. IPB Press.
Hardinsyah, MS. (2004). Gizi untuk Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.